SYIAH : BULAN ROMADHON ITU TIDAK ISTIMEWA ! Bebas menggauli istri !

loading...
Apabila kita membandingkan antara amalan ibadah Syiah dan amalan ibadah yang diajarkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kita akan mendapati banyak perbezaan. Demikian pula akhlak dan muamalah antara Syiah dengan yang diajarkan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.

Pertama, bulan Ramadan bukan bulan istimewa

Bagi Syiah, Ramadan bukan bulan istimewa untuk beribadah. Suasana semarak ibadah di bulan Ramadan, tidak seramai suasana ketika Muharram atau Sya'ban. Seolah Syiah hendak mengumumkan ke penjuru alam, bulan Ramadan adalah bulan khusus untuk ahlus sunnah dan tidak ada yang istimewa bagi mereka.

Ramadan memang bulan untuk puasa, namun bulan untuk rajin beribadah, menurut Syiah.

Bagi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Ramadan adalah bulan istimewa. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lebih rajin mendekatkan diri kepada Allah di bulan Ramadan. Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu berkata, "Nabi shallallahu' alaihi wa sallam adalah orang yang paling pemurah. Lebih pemurah lagi pada saat bulan Ramadhan. Ketika Jibril menemui beliau. Jibril menemui Rasulullah setiap malam di bulan Ramadan, dan mengajar Rasulullah Al-Quran. "(HR. Bukhari 3554).

Kedua, wajib berbuka ketika musafir

Bagi Syiah, orang yang melakukan musafir, puasanya batal. Ertinya, dia wajib berbuka. Lebih ajaib lagi, hanya dengan melintasi jambatan yang memisahkan dua kawasan sudah dianggap musafir dan wajib berbuka.

Kesaksian Dr. Thaha Ad-Dailami dalam buku beliau Siyahah fi 'Alam Tasyayyu' (Perjalanan di Negeri Syiah), menurut beliau, "Orang Syiah terlalu menganggap mudah dalam memberikan keuzuran untuk berbuka. Mereka mewajibkan berbuka untuk setiap musafir dengan jarak paling dekat. Sebagai contoh, ada pelajar yang hendak menjalani ujian. Tokoh syiah mereka memfatwakan agar pelajar ini melakukan musafir setiap hari ke daerah yang berhampiran, jarak perjalanan pulang pergi dijumlahkan menjadi jarak untuk mengelar musafir. Kemudian dia boleh tidak puasa. "

Yang lebih menyedihkan, mereka tidak memastikan apakah keuzuran itu harus diqadha ataukah gugur kewajiban.

Sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah mewajibkan orang yang musafir untuk berbuka puasa. Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu pernah ditanya, tentang hukum puasa Ramadan ketika musafir. Jawab Anas: "Kami pernah musafir bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika Ramadan, orang yang puasa tidak mencela yang tidak puasa dan yang tidak puasa juga tidak mencela yang puasa," (HR. Muslim 1118).

Dalam riwayat lain, Anas mengatakan, "Kami pernah melakukan perjalanan bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ada diantara kami yang puasa dan ada yang tidak puasa. "(HR. Muslim 1119).

Ketiga, tarawih adalah bid'ah

Bagi orang Syiah, tarawih adalah bid'ah. Mereka menganggap tarawih tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Menurut mereka, tarawih adalah ajaran Umar bin Khatab radhiyallahu 'anhu. Kerana kebencian mereka kepada Umar, mereka menolak sunah solat tarawih ini mentah-mentah dan menuduh sesat kaum muslimin yang melaksanakan tarawih. Bahkan mereka menyebut orang yang melakukan tarawih sama halnya menjadikan Umar sebagai nabi. Subhaanallah, ini adalah tuduhan dusta mereka.

Keempat, berbuka setelah awan merah menghilang

Salah satu kebiasaan Syiah adalah berbuka setelah betul-betul masuk waktu malam. Di saat awan merah di ufuk telah menghilang dan bintang mula terbit.

Kelima, hubungan intim ketika puasa

Yang tidak akan dilupakan ketika membahas tentang Syiah, masalah ranjang dan kemaluan. Untuk mencari fatwa unik mereka tentang itu, sangat mudah dan sangat banyak. Dari mulai nikah mut'ah, mengahwini binatang, homo, hingga menjadikan isteri orang sebagai gundik mut'ah. Jika anda membaca fatwa tokoh-tokoh mereka tentang masalah seks, anda mungkin akan berkesimpulan, sebahagian besar penduduk Iran adalah anak zina kerana merebaknya zina 'halal' (mut'ah) di Iran.

Tidak terkecuali seks ketika Ramadan. Mereka memberi kelonggaran sangat luas bagi umat Syiah untuk memuaskan dirinya dengan mukadimah hubungan kelamin. Boleh secara sengaja melakukan pemanasan, selama tidak sengaja melakukan hubungan.

Dalam kitab Minhaj As-Shalihin, karya Al-Khou'i, dia menjelaskan, "Tidak batal puasa seseorang yang melakukan kemesraan, kemudian secara tidak sengaja zakar masuk ke salah satu lubang (qubul atau dubur). Jika sengaja jimak, namun ragu apakah tadi sudah masuk semua atau ragu berapa yang sudah masuk dari hasyafah, maka puasanya batal, namun dia tidak wajib membayar kaffarah, "(Minhaj As-Shalihin, 1/263).
loading...

0 Response to "SYIAH : BULAN ROMADHON ITU TIDAK ISTIMEWA ! Bebas menggauli istri !"

Posting Komentar

close